2015

Jumat, 26 Juni 2015

"KECINTAAN RASULULLAH TERHADAP ANAK KECIL,YATIM PIATU DAN PENDERITA"




Segala puji hanya bagi Allah s.w.t., Tuhan empunya sekalian Alam, Tiada Ia berhajat kepada selain-Nya, malah selain-Nya lah yang berhajat kepada-Nya. Selawat dan salam semoga dilimpahkan Allah s.w.t. ke atas junjungan kita Sayyidina Nabi Muhammad s.a.w. (Ya Allah tempatkan baginda di tempat yang terpuji sepertimana yang Kau janjikan Amin) Beserta Ahlulbayt dan Para Sahabat R.anhum yang mulia lagi mengerah keringat menyebarkan Islam yang tercinta. Dan kepada mereka yang mengikut mereka itu dari semasa ke semasa hingga ke hari kiamat...Ya Allah Ampuni kami, Rahmati Kami, Kasihani Kami ...Amin

Amma Ba'du,


Al-Imam Bukhari dan Al-Imam Muslim rah. meriwayatkan daripada Sayyidina Anas bin Malik r.anhu, bahawa junjungan kita Nabi s.a.w. bersabda :

"sedianya sembahyangku akan kupanjangkan, namun bila ku dengar tangisan bayi, terpaksa aku singkatkan kerana mengetahui betapa gelisah hati ibunya, dan di mana saja baginda dengan anak kecil maka dengan penuh kasih sayang dipegangnya."

Mengusap-usap dan membelai rambut kepalanya atau menciuminya, seperti kata Sayyidatina Aisyah r.anha, bahawa Nabi s.a.w. menciumi Al-Hassan dan Al-Husin, di hadapan Al'aqra bin Habis yang hairan lalu berkata :

"Ya Rasulullah , saya mempunyai sepuluh anak, tak seorangpun yang pernah ku cium seperti engkau ini," maka Rasulullah s.a.w. dengan tajam memandangnya, seraya bersabda "sesiapa yang tidak memiliki rasa rahmat dalam hatinya, tidak akan dirahmati oleh Allah s.w.t."

Sayyidatina Aisyah r.anha juga meriwayatkan : bahawa datang seorang Badwi kepada Rasulullah s.a.w. :Kalian suka benar menciumi anak, sedang kami tidak pernah melakukan yang demikian itu. Maka Rasulullah s.a.w. segera membalas "Apakah yang hendak kukatakan bila rahmat sudah hilang tercabut dari seseorang."

Baginda s.a.w. selalu menggembirakan hati anak-anak, dan bila datang seorang membawa bingkisan, berupa buah-buahan misalnya, maka yang pertama diberinya, ialah anak-anak kecil yang kebetulan ada di majlis itu, sebagai yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ibnu Sunniy dan Al-Imam At-Thabrani rah.

Sedang terhadap yatim piatu, perhatian Nabi s.a.w. sangat besar sekali, prihatin, melindungi, dan menjamin keperluan hidup mereka, dan selalu dipesankan dan dianjurkan kepada umatnya dalam tiap keadaan. "Aku dan pemeliharaan anak yatim, akan berada di syurga kelak", sambil mengisyaratkan dan mensejajarkan kedua jari tengah dan telunjuknya, demikianlah sabda baginda s.a.w. (H.R. Bukhari)

Dalam hadis yang lain baginda s.a.w. bersabda "Sebaik-baik rumah tangga muslim ialah yang di dalamnya ada anak yatim yang dilayani dengan baik" (H.R. Ibnu Majah)

Dan apabila ada seseorang dari sahabatnya menderita kerana sesuatu musibah yang dialaminya, baginda s.a.w. juga ikut merasakannya, bahkan ada kalanya menangis kerana terharu.

Pada suatu hari, baginda s.a.w. bersama dengan Sayyidina Abdur Rahman bin Auf r.anhu menjenguk ke rumah Sayyidina Sa'ad bin Ubadah r.anhu yang sedang sakit, demi Nabi s.a.w. melihatnya, maka bercucuranlah air matanya, sehingga menangis pula semua yang ada di rumah itu.

Dan ketika Sayyidina Usman bin Madh'un meninggal, Nabi s.a.w. datang melewat, baginda s.a.w. lalu menciumnya sedang air matanya meleleh membasahi pipinya, sehingga Sayyidatina Aisyah r.anha berkata aku melihat air mata Rasulullah s.a.w. jatuh membasahi wajah Usman r.anhu yang telah wafat itu, di dalam riwayat yang lain, Nabi s.a.w. mencium antara kedua matanya, kemudian menangis kerana terharu.


PENGERTIAN ANAK YATIM DAN KEDUDUKANNYA DALAM ISLAM


Siapakah yang dimaksud dengan anak yatim? Apakah perbedaan antara anak yatim dan anak piatu? Lalu bagaimana dengan anak yatim-piatu?

Secara bahasa “yatim” berasal dari bahasa arab. Dari fi’il madli “yatama” mudlori’ “yaitamu”  dab mashdar ” yatmu” yang berarti : sedih. Atau bermakana : sendiri.

Adapun menurut istilah syara’ yang dimaksud dengan anak yatim adalah anak yang ditinggal mati oleh ayahnya sebelum dia baligh. Batas seorang anak disebut yatim adalah ketika anak tersebut telah baligh dan dewasa, berdasarkan sebuah hadits yang menceritakan bahwa Ibnu Abbas r.a. pernah menerima surat dari Najdah bin Amir yang berisi beberapa pertanyaan, salah satunya tentang batasan seorang disebut yatim, Ibnu Abbas menjawab:


وكتبت تسألنى عن اليتيم متى ينقطع عنه اسم اليتم ، وإنه لا ينقطع عنه اسم اليتم حتى يبلغ ويؤنس منه رشد
( رواه مسلم )

Dan kamu bertanya kepada saya tentang anak yatim, kapan terputus predikat yatim itu, sesungguhnya predikat itu putus bila ia sudah baligh dan menjadi dewasa
Sedangkan kata piatu bukan berasal dari bahasa arab, kata ini dalam bahasa Indonesia dinisbatkan kepada anak yang ditinggal mati oleh Ibunya, dan anak yatim-piatu : anak yang ditinggal mati oleh kedua orang tuanya.

Didalam ajaran Islam, mereka semua mendapat perhatian khusus melebihi anak-anak yang wajar yang masih memiliki kedua orang tua. Islam memerintahkan kaum muslimin untuk senantiasa memperhatikan nasib mereka, berbuat baik kepada mereka, mengurus dan mengasuh mereka sampai dewasa.  Islam juga memberi nilai yang sangat istimewa bagi orang-orang yang benar-benar menjalankan perintah ini.

Secara psykologis, orang dewasa sekalipun apabila ditinggal ayah atau ibu kandungnya pastilah merasa tergoncang jiwanya, dia akan sedih karena kehilangan salah se-orang yang sangat dekat dalam hidupnya. Orang yang selama ini menyayanginya, memperhatikannya, menghibur dan menasehatinya. Itu orang yang dewasa, coba kita bayangkan kalau itu menimpa anak-anak yang masih kecil, anak yang belum baligh, belum banyak mengerti tentang hidup dan kehidupan, bahkan belum mengerti baik dan buruk suatu perbuatan, tapi ditinggal pergi oleh Bapak atau Ibunya untuk selama-lamanya.

Betapa agungnya ajaran Islam, ajaran yang universal ini menempatkan anak yatim dalam posisi yang sangat tinggi, Islam mengajarkan untuk menyayangi mereka dan  melarang melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyinggung perasaan mereka. Banyak sekali ayat-ayat Al-qur’an dan hadits-hadits Nabi saw yang menerangkan tentang hal ini. Dalam surat Al-Ma’un misalnya, Allah swt berfirman:


(( أرأيت الذي يكذب بالدين ، فذلك الذي يدع اليتيم ، ولا يحض على طعام المسكين ))
.
“Tahukah kamu orang yang mendustakan Agama, itulah orang yang menghardik anak  yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin “
{QS. Al-ma’un : 1-3}

Orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan kepada fakir miskin, dicap sebagai pendusta Agama yang ancamannya berupa api neraka
Dalam ayat lain, Allah juga berfirman :

(( فأما اليتيم فلا تقهر ، وأما السا ئـل فلا تنهر ))

“Maka terhadap anak yatim maka janganlah engkau berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap   pengemis janganlah menghardik”.{QS.  Ad-Dhuha : 9 – 10 )
Sedangkan hadits-hadits Nabi saw yang menerangkan tentang keutamaan mengurus anak yatim diantaranya sabda beliau :


أنا وكافل اليتيم فى الجنة هكذا وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئا
(رواه البخاري ، كتاب الطلاق ، باب اللعان )

Aku dan pengasuh anak yatim berada di Surga seperti ini, Beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah-nya dan beliau sedikit  merengganggangkan kedua jarinya
Dan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw bersabda :

عن ابن عباس أن النبي صلى الله عليه وسلم قال ” من قبض يتيما من بين المسلمين إلى طعامه وشرابه أدخله الله الجنة إلا أن يعمل ذنبا لا يغفر له  ( سنن الترمذي )

Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi saw bersabda : barang siapa yang memberi makan dan minum seorang anak yatim diantara kaum muslimin, maka Allah akan memasukkannya kedalam surga, kecuali dia melakukan satu dosa yang tidak diampuni.

Imam Ahmad dalam musnadnya meriwayatkan dari Abu Hurairoh r.a. hadits yang berbunyi :

عن أبي هريرة أن رجلا شكا إلى النبي صلى الله عليه وسلم قسوة قلبه فقال إمسح رأس اليتيم وأطعم المسكين (رواه أحمد )

Dari Abu Hurairoh, bahwa seorang laki-laki mengadu kepada Nabi saw akan hatinya yang keras, lalu Nabi berkata: usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin


Dan hadits dari Abu Umamah yang berbunyi :

عن أبى أمامة عن النبي صلى الله عليه وسلم قال من مسح رأس يتيم أو يتيمة لم يمسحه إلا لله كان له بكل شعرة مرت عليها يده حسنات ومن أحسن إلى يتيمة أو يتيم عنده كنت أنا وهو فى الجنة كهاتين وقرن بين أصبعيه (رواه أحمد )

Dari Abu Umamah dari Nabi saw berkata: barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim laki-laki atau perempuan karena Allah, adalah baginya setiap rambut yang diusap dengan  tangannya itu terdapat banyak kebaikan, dan barang siapa berbuat baik kepada anak yatim perempuan atau laki-laki yang dia asuh, adalah aku bersama dia disurga seperti ini, beliau mensejajarkan dua jari-nya.

Demikianlah, ajaran Islam memberikan kedudukan yang tinggi kepada anak yatim dengan memerintahkan kaum muslimin untuk berbuat baik dan memuliakan mereka. . Kemudian memberi balasan pahala yang besar bagi yang benar-benar menjalankannya, disamping mengancam orang-orang yang apatis akan nasib meraka apalagi semena-mena terhadap harta mereka. Ajaran yang mempunyai nilai sosial tinggi ini, hanya ada didalam Islam. Bukan hanya slogan dan isapan jempol belaka, tapi dipraktekkan oleh para Sahabat Nabi dan kaum muslimin sampai saat ini. Bahkan pada jaman Nabi saw dan para Sahabatnya, anak-anak yatim diperlakukan sangat istimewa, kepentingan mereka diutamakan dari pada kepentingan pribadi atau keluarga sendiri.

Gambaran tentang hal ini, diantaranya dapat kita lihat dari hadits berikut ini :

عن ابن عباس قال لما أنزل الله عز وجل ( ولا تقربوا مال اليتيم إلا بالتى هي أحسن ) و (إن الذين يأكلون أموال اليتامى ظلما) الأية انطلق من كان عنده يتيم فعزل طعامه من طعامه وشرابه من شرابه فجعل يفضل من طعامه فيحبس له حتى يأكله أو يفسد فاشتد ذلك عليهم فذكروا ذلك لرسول الله صلى الله عليه وسلم فأنزل الله عز وجل (ويسألونك عن اليتامى قل إصلا ح لهم خير وإن تخالطوهم فإخوانكم) فخلطوا طعامهم بطعامه وشرابهم بشرابه

Dari Ibnu Abbas, ia berkata : ketika Allah Azza wa jalla menurunkan ayat “janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang hak” dan “sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan dzolim” ayat ini berangkat dari keadaan orang-orang yang mengasuh anak yatim, dimana mereka memisahkan makanan mereka dan makanan anak itu, minuman mereka dan minuman anak itu, mereka  mengutamakan makanan anak itu dari pada diri mereka, makanan anak itu diasingkan disuatu tempat sampai dimakannya atau menjadi basi, hal itu sangat berat bagi mereka kemudian mereka mengadu kepada Rasulullah saw.

Lalu Allah menurunkan ayat “dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang anak yatim. katakanlah berbuat baik kepada mereka adalah lebih baik, dan jika kalian bercampur dengan mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu” kemudian orang-orang itu menyatukan makanan mereka dengan anak yatim.  

Anak Yatim Penyejuk Hati

Inginkah hatmu menjadi lembut dan damai? Rasulullah SAW memberi resep untuk itu. Kata Bersabda,

''Bila engkau ingin agar hati menjadi lembut dan damai dan Anda mencapai keinginanmu, sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berilah dia makanan seperti yang engkau makan. Bila itu engkau lakukan, hatimu akan tenang serta lembut dan keinginanmu akan tercapai. (HR Thabrani).

Hadis tersebut memberikan petunjuk kepada umat Islam bahwa salah satu sarana untuk menenangkan batin dan mendamaikan hati ini adalah mendekati anak yatim, terlebih yatim piatu. Mengusap kepala mereka dan memberinya makan minum merupakan simbol kepedulian dan perhatian serta tanggung jawab terhadap anak yatim/piatu.

Berbuat baik terhadap anak yatim/piatu bukanlah sekadar turut membantu menyelesaikan lapar dan dahaga sosialnya. Tetapi, di sisi lain perbuatan itu merasuk ke dalam batin, menenteramkan hati, dan mendamaikan perasaan orang yang memberi perhatian kepada mereka. Berbagai ayat Alquran dan hadis Nabi banyak membicarakan betapa mulianya kedudukan anak yatim/piatu di mata Allah SWT.

Di dalam surat Ad-Dhuha ayat 9, Allah SWT melarang untuk melakukan kekerasan kepada anak yatim/piatu. Firman Allah SWT: ''Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang.'' Anak yatim yang ditinggal wafat oleh ayahnya dan yatim piatu yang ditinggalkan ayah-ibunya, mendambakan belaian dan kasih sayang dari orang lain. Baik keluarga terdekat maupun dari yang lainnya. Ia mengharapkan tumpuan kasih sayang dan sebaliknya juga sekaligus menjaga sumber kasih dan ketenangan itu. Orang yang menenangkan hati dan perasaan anak yatim, ia pun akan memperoleh balasan seperti itu pula, yakni ketenangan batin.

Rasulullah SAW terkenal dengan kelemahlembutannya yang demikian tinggi terhadap anak yatim/piatu. Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa pada suatu hari raya Idul Fitri, Rasulullah SAW melihat seorang anak yatim, lalu beliau mengelus dan merangkulnya, berbuat baik padanya, membawa anak itu ke rumah beliau, lalu berkata kepada anak yatim itu, ''Wahai anak, maukah engkau bila aku menjadi ayahmu dan Aisyah menjadi ibumu?''

Jadi, anak yatim/piatu adalah sumber ketenangan batin, mendekati dan berbuat baik kepadanya akan menenangkan kalbu. Sebaliknya, jika anak yatim disakiti dan dizalimi, maka Allah SWT akan menurunkan kesengsaraan hidup kepada mereka yang berbuat sewenang-wenang itu.

Allah Azza Wajalla, Dan Allah s.w.t. Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani.


Jazakallah Khairan Kathira.

Rabu, 17 Juni 2015

Ceramah Ramadhan Hari Ke-1: Puasa Dalam Perspektif Islam


        Dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan 1436 H atau tahun 2015, CeramahPidato.Com akan update contoh ceramah-ceramah Islami seputar bulan puasa, yang bisa dibawakan pada ceramah sebelum shalat Tarwih. Pada kesempatan pertama ini, Judul ceramah puasa pada hari ke-1 ramadhan yang akan saya bagikan adalah Puasa dalam Persfektif islam.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada kesempatan yang kesekian kalinya kita dipertemukan lagi dengan bulan ramadhan 1436 H, marilah kita sambut bulan suci ramadhan ini dengan ucapan “Marhaban ya Ramadhan 1436 H”. Sambutan ini menunjukkan bahwa bahwa tamu disambut dengan lapang dada, penuh kegembiraan, serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya; tidak menggerutu dan menganggap kehadiarannya “mengganggu ketenangan” atau suasana nyaman kita.
Jamaah Tarwih yang berbahagia …
Untuk itu kita perlu mempersiapkan bekal dan tekad yang membaja guna mennelusuri jalan, memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam ramadhan dengan salat dan tadarrus, serta siangnya dengan ibadah kepada Allah SWT.
Al-qur’an menggunakan kata shiyam dalam arti puasa menurut hukum syariat. Secara bahasa, kata shiyam yang berakar dari huruf-huruf sha-wa-ma berarti “menahan” dan “berhenti” atau “tidak bergerak”. Manusia yang berupaya menahan diri dari suatu aktifitas – apapun aktifitas itu – dinamai shaim (berpuasa). pengertian kebahasaan ini dipersempit maknanya oleh hukum syariat, sehingga puasa (shiyam) hanya digunakan untuk “menahan diri dari makan, minum dan upaya mengeluarkan sperma dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari”.
Jamaah Tarwih yang dirahmati Allah SWT…
Namun Al-Qur’an menginformasikan bahwa kata shiyam tidak hanya membatasi padamenahan makan, minum dan berhubungan suami-istri, tetapi juga digunakan dalam arti manahan bicara (Qs. Maryam 19:26). Bahkan, kaum sufi, merujuk kepada hakikat dan tujuan puasa, menambahkan bahwa kegiatan yang harus dibatasi selama melakukan puasa mencakup pembatasan atas seluruh anggota tubuh, hati, dan pikiran dari melakukan segala macam dosa.
Hakikat shiyam atau shaum bagi manusia adalah menahan atau mengendalikan diri, karena itupula puasa disamakan dengan sikap sabar. Hadis Qudsi yang menyatakan antara lain bahwa: Al-Shaumu liy wa Ana Ajziy yang aritnya Puasa untuk-Ku, dan Aku yang memberi ganjaran (HR. al-bukhari) dipersamakan oleh banyak ulama dengan firman-Nya dalam QS. az-Zumar 39:10
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
Yang artinya:
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”
Orang sabar yang dimaksud di sini adalah orang yang berpuasa. Ada beberapa macam puasa dalam pengertian syariat / hukum sebagaimana di singgung diatas, yakni:
  • Puasa wajib sebulan ramadhan.
  • Puasa kafarrat, akibat pelanggaran, atau semacamnya.
  • Puasa Sunnat.
Jamaah tarwih yang berbahagia …
Uraian Al-Qur’an tentang puasa ramadhan, ditentukan dalam Qs. al-baqarah 2:183-185 dan 187. Ini berarti bahwa puasa ramadhan baru diwajibkan setelah Nabi SAW hijrah ke madinah, yakni pada 10 Syaban tahun ke-2 hijriah. Berikut ayat-ayatnya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ ۚ وَأَن تَصُومُوا خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Yang Artinya:
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.
Jamaah tarwih yang dirahmati Allah SWT…
Berdasarkan Ayat-ayat diatas dapat disimpulkan beberapa point, antara lain: kewajiban puasa di bulan Ramadhan yang diawali dengan panggilan mesra “wahai orang-orang yang beriman,….” dimaksudkan agar dapat mendorong umat Islam untuk melaksanakannya dengan baik, tanpa kesalahan. Bahkan, tujuan puasa tersebut adalah untuk kepentingan yang berpuasa sendiri, yakni “agar kamu bertaqwa atau terhindar dari siksa api neraka”;
Kewajiban puasa tersebut hanya beberapa hari, itu pun hanya diwajibkan bagi yang berada dikampung halaman tempat tinggalnya, dan dalam keadaan sehat wal afiat, sehingga “barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan” maka dia boleh tidak berpuasa dan menggantinya pada hari yang lain. “sedang yang merasa sangat berat berpuasa, maka dia harus membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin”.
Sekalipun puasa adalah kewajiban bagi umat Islam, tetapi “Allah menghendaki kemudahan untuk kamu bukan kesulitan”.
Pelaksanaan puasa dalam arti menahan makan, minum dan hubungan suami-istri dimulai sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. karena itu, makan, minum dan berhubungan suami-istri dapat dilakukan sejak terbenam matahari sampai terbit fajar. namun puasa harus disempurnakan dan jangan dinodai dengan perbuatan melanggar norma agama, “sempurnakanlah puasa itu sampai malam”.
Jamaah tarwih yang berbahagia …
Secara jelas Al-qur’an menyatakan bahwa tujuan puasa adalah untuk mencapai ketaqwaan, la’allakum tattaqun. Menahan diri dari lapar bukanlah tujuan utama puasa. Hal ini disyaratkan di dalam hadis Nabi, yang artinya “Banyak diatara orang yang berpuasa tidak memperoleh sesuatu dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga”.
Taqwa, secara bahasa berarti menghindar, mejauhi, menjaga diri. Kalimat perintah ittaqullah, secara harfiah berarti hindarilah, jauhilah atau jagalah dirimu dari Allah, makna ini mustahil dapat dilakukan oleh mahluk. Bagaimana mungkin menghindarkan diri dari Allah atau menjauhi-Nya, sedangkan Allah bersama kamu dimanapun kamu berada. Oleh karena itu perlu disiapkan kata atau kalimat untuk meluruskan maknanya. Misalnya, kata siksa atau yang semakna dengannya, sehingga perintah bertaqwa mengandung arti perintah untuk menghindarkan diri dari siksa Allah.
Jamaah tarwih yang berbahagia …
Dengan demikian, puasa dibutuhkan oleh semua manusia, kaya ataupun miskin, pandai ataupun bodoh, untuk kepentingan pribadi atau masayarakat, yakni pengendalian diri. hal ini mengisyaratkan bahwa dengan berpuasa, manusia berupaya dalam tahap awal dan minimal meneladani sifat-sifat Allah. nabi bersabda: “Takhallaqu bi akhlaq Allah” Teladanilah sifat-sifat Allah. Manusia mempunyai kebutuhan beraneka ragam, dan yang terpenting adalah kebutuhan fa’ali, yaiut makan, minum, dan hububgab suami-istri. ketiga kebutuhan itu tidak dibutuhkan oleh Allah SWT.
Disamping itu puasa bertujuan mempertinggi rasa persaudaraan dan kepedulian sosial, ibadah puasa mengasah dan mengasuh manusia agar memiliki sifat sabar dan jujur.
Semoga Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan ramadhan ini nantinya dapat melahirkan nilai-nilai ketaqwaan, nilai-nilai persaudaraan, kebaran dan kejujuran. Wa Allah A’lam bi al-Shawab.

Ceramah Ramadhan Hari Ke-2: Fadhilah Ramadhan


             Pada ceramah hari ke-2  ini akan diangkat tema, fadilah Ramadhan. Penciftaan dan pemilikan terhadap apa-apa yang dikehendaki oleh Allah SWT (Qs. al-Qashash 28:68) diyakini mengandung hikmah dan keutamaan tersendiri. Misalnya, Allah memilih mekkah untuk tempat bangunan Kabbah, sedang kabbah ditetapkan sebagai kiblat kaum muslimin. Demikian pula halnya bulan ramadhan dipilih oleh Allah SWT sebagai bulan yang penuh kemuliaan dan keutamaan yang tidak dimiliki bulan-bulan lainnya.
Jamaah Tarwih yang dirahmati Allah SWT …
Apabila seseorang menelusuri kasus-kasus yang telah terjadi di bulan ramadhan serta mengkaji ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadish-hadis nabi SAW, yang ada kaitan dengannya niscaya akan dijumpai bahwa telah terjadi banyak peristiwa penting didalamnya. Disini lain, beribadah dan beramal saleh didalam bulan ramadhan mempunyai penilaian yang istimewa dari Allah SWT.
Peristiwa-peristiwa penting dan keutamaan beramal kebaikan dalam bulan ramadhan antara lain:
Bulan yang dipilih oleh Allah untuk menurunkan permulaan al-Qur’an. Penuturan Al-Qur’an bahwa keberadaanya untuk menjadi petunjuk, pembeda antara yang hak dan yang bathil. Qs. al-Baqarah 2:185
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Yang Artinya:
Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Dan Pemberi peringatan kepada seluruh alam. Qs. Al-Furqan 25:1,
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا

Yang artinya:
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam
Jamaah tarwih yang berbahagia …
Oleh karena itu, malam permulaan turun Al-Qur’an disebut malam kemuliaan, malam yang lebih baik dari 1000 malam, di indonesia dikenal dengan “lailatul Qad”. Qs. al_Qadr 97:1-5,
إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ
سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Yang artinya:
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar
Bulan yang dipilih untuk saat terjadinya perang Badar al-Qubra sebagai perang yang pertama sejak pengangkatan nabi Muhammad SAW menjadi Rasul yang terakhir dengan kemenangan kaum Muslimin. Dengan peristiwa itu nampaklah ketinggian kalimat tauhid dan awal keruntuhan kekuasaan Musyirikin dan mulainya nyata sinar Risalah Islam. Qs Ali-Imran 3:155,
إِنَّ الَّذِينَ تَوَلَّوْا مِنكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوا ۖ وَلَقَدْ عَفَا اللَّهُ عَنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ
Yang artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu [244], hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi ma’af kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
Dan Qs. Al-Anfal 8:41,
وَاعْلَمُوا أَنَّمَا غَنِمْتُم مِّن شَيْءٍ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ إِن كُنتُمْ آمَنتُم بِاللَّهِ وَمَا أَنزَلْنَا عَلَىٰ عَبْدِنَا يَوْمَ الْفُرْقَانِ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ ۗ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Yang artinya:
Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa  yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan , yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Bulan yang dipilih untuk kaum muslimin menunaikan ibadah shiyam (puasa) dengan tujuan memperoleh derajat taqwa. Qs. al-Baqarah 2:197,
الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ ۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
Yang artinya:
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi , barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats , berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa  dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.
Pada sisi lain, Allah SWT berfirman didalam Qs. Al-Nahl 16:128,
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوا وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ

Yang Artinya:
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.
Bulan yang telah dipilih bagi kaum muslimin untuk lebih mengintensifkan aktifitas-aktifitas ibadah dan amal saleh lainnya.
Jamaah tarwih yang dirahmati Allah SWT …
Diperolehnya beberapa riwayat dari nabi SAW yang menunjukkan keutamaan beribadah dan beramal Saleh dalam bulan Ramadhan, antara lain:
  • Imam al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Huraira bahwa Nabi SAW bersabda, yang artinya: “Jika tiba bulan puasa terbuka semua pintu langit dan tertutup pintu-pintu neraka jahannam dan dirantai syaitan”.
  • Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu abbas, bahwa: “Adalah rasulullah SAW lebih pemurah kepada semua orang, lebih-lebih jika bulan Ramadhan, dimana ia selalu dihubungi oleh Jibril dan hampir setiap malam Jibril datang untuk tadarrus Al-Qur’an. Dan rasulullah SAW jika bertemu dengan Jibril, maka ia lebih pemurah lagi melebihi dari angin yang berhembus”.
  • Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadist dari Aisyah bahwa: “ bahwasanya rasulullah SAW beri’tikaf disepuluh yang terakhir bulan Ramadhan sampai diwafatkan oleh Allah SWT”.
  • Imam Muslim meriwayatkan hadis Qudsi dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW, berkata: “Semua amal anak adam berlipat ganda (pahalanya), setiap kebaikan 10 x lipat hingga 700 x lipat. Firman Allah kecuali puasa, maka hanya aku sendiri yang membalasanya karena ia meninggalkan syahwat dan minum-minumannya semata-mata untuk-Ku”.
Jamah Tarwih yang berbahagia …
Disamping itu, bulan Ramadhan yang sangat agung (Syahrun ‘azhom) ini, selayaknya menjadi saat-saat paling pas bagi kita untuk berfikir dan merenung kembali lebih dalam, terhadap berbagai aktifitas yang telah kita lakukan. Ramadhan adalah bulan untuk saling tolong-menolong. Pada bulan ini kita sangat dianjurkan untuk engulurkan tangan kepada kepada golongan yang mengalami krisis ekonomi, mereka yang fakir miskin, yatim piatu, ibnu sabil dan orang-orang yang mengalami kesusahan. Pada bulan suci ini sikap kepedulian sosial kita diuji serta disadarkan bahwa didalam harta kita terdapat hak bagi golongan ekonomi lemah. Bulan ramadhan dikatakan pula sebagai bulan kesabaran (syahru al-shabri). Dalam berpuasa di bulan ramadhan, kaum muslimin berlatih untuk bersabar untuk menahan penderitaan dengan tidak menikmati sebagian perkara yang diperbolehkan.
Jamaah Tarwih yang dirahmati oleh Allah SWT …
Dan apa-apa yang telah dikemukakan terdahulu, dapat disimpulkan sebagai berikut:
  1. Bahwa Bulan Ramadhan telah dipilih oleh Allah untuk saat turun permulaan Al-Qur’an, terjadi perang badar al-Kubra dan untuk menunaikan ubadah shiyam;
  2. Bulan Ramadhan adalah bulan yang diharapkan kaum muslimin lebih mengintensifkan aktifitas-aktifitas ibadah di dalamnya, sperti shalat lail, tadarrus Al-Qur’an, berinfaq, beri’tikaf dan amal kebaikan lainnya sebab beramal ibadah di dalamnya, dilipat-gandakan pahalanya;
  3. Ibadah shiyam yang dilaksanakan karena iman dan mengharapkan pahala, maka pahalanya akan diserahkan langsung oleh Allah SWT kepada yang bersangkutan.

Ceramah Ramadhan Hari Ke-3: Fadhilah Shalat Lail


           Pada kesempatan kali ini CeramahPidato.Com akan share artikel mengenai teks ceramah ramadhan 1435 H/2014 M hari ke tiga. Judulnya adalah Fadhillah Shalat lail, simaklah:
Berbicara tentang fadhillah shalat lail, terlebih dahulu kita berbicara tentang macam-macam shalat lail dan dasar – dasar perintah untuk itu. Shalat lail adalah shalat sunat yang dilakukan diwaktu malam sesudah shalat Isya dan seterusnya pada perkiraan sepertiga, atau seperdua, atau sepertiga di akhir malam. Sesuai dengan firman Allah SWT. Dalam surah al-Muzammil (73): 20, berbunyi:
إِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُومُ أَدْنَىٰ مِن ثُلُثَيِ اللَّيْلِ وَنِصْفَهُ وَثُلُثَهُ وَطَائِفَةٌ مِّنَ الَّذِينَ مَعَكَ ۚ وَاللَّهُ يُقَدِّرُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ ۚ عَلِمَ أَن لَّن تُحْصُوهُ فَتَابَ عَلَيْكُمْ ۖ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ ۚ عَلِمَ أَن سَيَكُونُ مِنكُم مَّرْضَىٰ ۙ وَآخَرُونَ يَضْرِبُونَ فِي الْأَرْضِ يَبْتَغُونَ مِن فَضْلِ اللَّهِ ۙ وَآخَرُونَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ فَاقْرَءُوا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُ ۚ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا ۚ وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا ۚ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Yang Artinya:
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri shalat (lail) kurang dari 2/3 malam atau ½ malam atau 1/3-nya”.
Waktu-waktu itu dapat kita gunakan sesuai dengan kemampuan dan kesediaan kita. Ada yang mampu berjaga tidak tidur sampai waktu shalat itu. Ada yang tidur kemudian bangun shalat pada pertengahannya ada pada sepertiga akhir malam. Shalat malam yang kita lakukan dalam bulan suci Ramadhan ini juga shalat malam yang diberi nama shalat tarwih yang diakhiri dengan shalat witir sebagai penutup shalat malam (lail).
Pada ayat yang lain Allah berfirman dalam surat al-Sajadah (32):16, berbunyi:
تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
Yang Artinya:
“Mereka itu meninggalkan tempat tidurnya – mereka tidak tidur karena menunggu waktu untuk melaksanakan shalat lail, sedang mereka menyerah kepada Tuhannya dengan perasaan takut dan penuh harapan. Dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepadanya”.

Dalam ayat lain surah al-Furqan (25):64, berbunyi:
وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
Yang Artinya:
“Hamba-hamba yang berbakti itu diwaktu malamnya suka sekali menyembah Tuhannya dengan bersujud dan berdiri”.
Dalam keheningan malam mereka merasakan nikmat dan syahdunya menghadapkan diri bermunajat kepada Tuhan Rabbul Alamin.
Dalam surah adz-Dzariyat (51): 17, 18, 19, berbunyi:
كَانُوا قَلِيلًا مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
Yang Artinya:
“Orang-orang yang bertaqwa itu sedikit sekali tidurnya diwaktu malam. Diwaktu menjelang fajar pagi (sahur), mereka itu berdoa memohonkan pengampunan dan dari sebahagian hartanya diberikan kepada orang yang meminta dan yang kekurangan”.
Maksid ayat bahwa selain mereka taat mendirikan shalat (lail) diwaktu malam dia juga mengeluarkan sebahagian hartanya kepada yang berhak (mustahak).
Bermacam-macam pengalaman dan kisah terhadap ahli shalat (lail). Nabi Muhammad SAW. Berdiri shalat tiap malam dengan bacaan-bacaan surah terpanjang, sehingga kaki beliau membengkak. Beliau ditegur oleh sahabat dan Saidat Aisyah sendiri, berkata: wahai Rasul bukankah engkau telah mendapat pengampunan segala dosamu dan orang yang dikasihani dan pasti ahli surga, kenapa engkau tidak mengetahui bahwa dengan shalatku yang seperti ini adalah saya menyatakan kesyukuranku pada nikmat-nikmat Allah yang telah dikaruniakannya kepadaku. Para sahabat mengikuti amalan-amalan Rasul tersebut. Bukankah Tuhan Allah SWT. Telah menyatakan dalam firmannya pada surah Ibrahim (14):7, berbunyi:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Yang Artinya:
Jika engkau mensyukuri nikmat pemberianku maka akan kutambah nikmat itu namun jika kamu mengingkari; maka siksaku amat pedih.
Ali Bin Biker berkata:
“selama 40 tahun tidak ada satupun yang menyusahkan hatiku selain menyingsingnya fajar diwaktu pagi”. Fudail bin Iyyad berkata: “Jikalau matahari sudah terbenam, maka saya pun bergembira sebab dapat berhalwat dengan Tuhanku. Tetapi apabila matahari terbit, maka sedihlah hatiku sebab saya akan berhadapan dengan orang banyak”.
Abu Sulaiman berkata:
“Ahli bangun malam diwaktu malamnya dapat merasakan kelezatan beribadah lebih dari semua kelezatan hidangan pesta disiang hari; andaikata tidak ada malam, maka rasanya saya tidak ingin menetap didunia ini”.
Sebahagian ulama mengatakan:
“di dunia ini tidak ada satu waktupun yang menyerupai kenikmatan ahli surga, melainkan apa yang dirasakan oleh ahli yang mencintai waktu malam sebab dapat mengenyampingkan manisnya bermunajat dengan Tuhannya.”
Demikian kisah yang termuat dalam kitab “Mauzatul Mukminin”, ikhtisar Ihya Ulumuddin karangan Iman Al – Ghazali.
Mengenai Fadhilah atau keutamaan shalat Lail: rasul SAW bersabda dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh Muslim dari abu hurairah yang berbunyi:
“Semulia-mulia shalat sesudah lima waktu ialah Shalat lail”.
Hadis yang diriwayatkan oleh Adam bin Abu Iyas, Nabi Bersabda:
Dua rakaat yang dilakukan oleh seorang hamba di tengah malam itu adalah lebih baik baginya dari dunia ini serta lainnya”.
Selanjutnya Nabi Bersabda:
“Sesungguhnya dari sebahagian waktu malam itu ada suatu saat yang tiada menyamai kebaikannya bagi seorang muslim untuk memohonkan dikabulkannya, demikian itu ada pada setiap malam”. (HR. Muslim).
Didalam hadis lainnya dinyatakan:
“Hendaklah kamu sekalian menetapi shalat malam, sebab yang demikian itu adalah prilaku orang-orang yang shaleh sebelumnya”. (HR. Muslim).
Shalat malam yang khusus dinamai dengan shalat Tahajjud, Allah SWT Berfirman dalam surah Bani Israil (17): 79, berbunyi:
“Dan pada sebagian malam dirikanlah shalat Tahajjud sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Allah mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”.
Dan surah al-Muzzammil (73): 6, berbunyi:
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
Yang Artinya:
“Sesungguhnya bangun diwaktu malam adalah lebih tepat, (untuk khusyuk dan bacaan itu lebih berkesan)”.
Maksud ayat bahwa di malam hari ibadah-ibadah yang dilakukan dapat lebih khusyuk dan bacaan ayat-ayat lebih mantap dibanding dengan siang hari.
Dalam Hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
“Pada waktu 1/3 malam Allah SWT berfirman: Siapakah dari hambaku berdoa pada malam ini; maka akan kukabulkan permohonannya, siapa yang meminta sesuatu akan kuberikan permintaannya, siapa yang memohon ampun akan kuampuni dia”.
Pernah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang perlu diikuti oleh ummatnya yang dalam al-Qur’an Surah Al-Muzzammil (73): 1-5, berbunyi:
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ
قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا
نِّصْفَهُ أَوِ انقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا
إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا
Yang artinya:
Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah untuk sembahyang di malam hari seperdua malam atau sepertiganya… atau kurang dari itu dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan, Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat”.
Maksud ayat bahwa Allah SWT akan menurunkan wahyunya yang penuh dengan perintah yang dipatuhi dan larangan-larangan yang harus di tinggalkan.
Fadhilah shalat Lail sangat luar biasa apalagi yang bertepatan dengan lailatul Jum’at. Dan pada tiap malam ada shalat lail khusus sesuai dengan penjelasan kitab Zinatul Asrar dan menganjurkan kepada kita agar dalam permohonan kita tersebut disesuaikan dengan perintah Allah SWT:
“Jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu”.
Kita shalat disertai kesabaran dalam bermohon kehadirat Allah SWT. Demikian, Wa Allah a’lam bi al-shawab.