Juli 2016

Rabu, 13 Juli 2016

Perbedaan Sinyal Smartphone 4G / 3G / H+ / H / E / 2G / G




Seiring dengan bertambahnya usia zaman, technology juga mengalami perubahan salah satunya smartphone. Yak, smartphone adalah sebuah telepon seluler yang sangat membantu produktivitas seseorang. Dan sekarang ini ada yang namanya 2G, 3G, H, H+, hingga kini yang lagi populer yaitu 4G dan LTE.

Tapi, apa sih perbedaan dari masing-masing jaringan tersebut? Dan simbol apa pula yang sering muncul di atas bar sinyal dismartphone kita-kita? Maka dari itu, akan saya jelaskan lewat artikel dibawah ini, kami akan jelaskan secara jelas arti dari simbol-simbol yang muncul di atas signal bar di setiap smartphone yang ada.
Inilah Arti Dari Simbol yang Sering Muncul di Atas Bar Sinyal Android Kamu

1. 2G

Sebagai pembuka dari list kita kali ini, ada 2G yang dulu menjadi primadona selama tahun 90-an hingga detik ini. 2G pertama kali diperkenalkan di tahun 1991 dan merupakan teknologi yang menyalurkan layanan data seperti SMS dan MMS. Sinyal dengan kecepatan transfer 50 kbps ini juga menjadi yang pertama kali berwujud digital, dari yang sebelumnya berupa analog (1G).

2. G

Simbol G berarti GPRS atau General Packet Radio Service. Ia mulai digunakan secara luas semenjak tahun 2000 dan mendapat nama tidak resmi dari masyarakat yaitu 2.5G. GPRS menjadi salah satu tonggak dari generasi mutakhir jaringan karena menjadi jaringan pertama yang selalu menyala tanpa henti. Sayangnya, kecepatannya pun masih dinilai lambat karena ia hanya dapat mengirim data maksimal secepat 114 kbps.

3. E

Jika kamu menemukan sebuah huruf di atas signal bar bertuliskan E, maka saat itu smartphone kamu sedang berada di dalam jaringan EDGE atau Enhanced Data rates for GSM Evolution. Ia mulai digunakan secara luas pada tahun 2003 dan dapat mengirimkan data hingga kecepatan 217 kbps. Uniknya, jaringan ini memang masih digunakan secara luas di seluruh dunia. Mencakup 604 jaringan EDGE di 213 negara. Nama kerennya sih 2.75G.







4. 3G


Tahukah kamu bahwa jaringan bernama 3G ini sebenarnya sudah tersedia secara komersial di negara lain jauh-jauh hari sebelum bisa kita nikmati di Indonesia? Negara pertama yang mengimplementasikan 3G ialah Jepang pada tahun 2001. Jaringan mutakhir ini ialah jaringan pertama yang sanggup untuk mendukung aktivitas mobile internet browsing seperti sekarang ini. Kecepatan maksimalnya mencapai 384 kbps dan ia menggunakan teknologi dasar bernama UMTS atau Universal Mobile Telecommunication Service.

5. H

Berikutnya ada jaringan dengan simbol H. H ini berarti HSPA atau High Speed Packet Access dan ia menggunakan teknologi yang sama dengan 3G. Kecepatannya semakin oke lho, hingga 7.2 Mbps. Beruntungnya, teknologi ini juga kini telah diadopsi oleh banyak sekali negara, membuatnya menjadi salah satu jaringan terpopuler di dunia.

6. H+
Selain ada H, kamu juga sering menemukan tanda H+ di sudut layar kan. Tanda ini berarti HSPA+ atau Evolved High Speed Packet Access. Ada lima generasi untuk jaringan ini, yaitu: - Release 6: 14.4 Mbps

- Release 7: 21.1 Mbps
- Release 8: 42.2 Mbps
- Release 9: 84.4 Mbps
- Release 10: 168.8 Mbps

Melihat revisi dan fleksibilitas layanannya yang oke, jaringan ini menjadi alternatif paling mantap sebelum orang-orang merambah teknologi 4G yang measih terbatas dalam hal infrastruktur.








7. 4G


Apabila di sudut kanan atas layar smartphone kamu sudah bertengger simbol 4G, maka kamu kini sudah menjadi orang yang bisa menikmati jaringan dengan kecepatan yang paling oke. 4G pertama kali digunakan pada tahun 2009 di Stockholm dan Oslo, barulah kemudian menyebar ke seluruh dunia. Akhirnya, teknologi canggih ini juga dapat kita nikmati di Indonesia deh.

Gokil juga ya melihat perkembangan teknologi jaringan yang sangat pesat tersebut. Lalu, jaringan mana sih yang paling sering sobat gunakan saat ini? Jangan lupa untuk share pendapat kamu di kolom komentar di bawah ini ya.

Baca artikel yang lainnaya

Sabtu, 02 Juli 2016

9 Tips Untuk Menambahkan Sun Flare Hangat Ke Dalam Fotomu









9 Tips Untuk Menambahkan Sun Flare Hangat Ke Dalam Fotomu
Salah satu aspek yang umumnya menjadikan sebuah foto unik, menarik dan sedap dipandang adalah komposisi dan tata cara pencahayaan. Kombinasi yang tepat antara bayangan, highlight dan ragam level warmth mampu menjadikan sebuah foto tampak emosional dan dalam.
Salah satu efek paling dramatis yang bisa kamu tambahkan ke dalam fotomu adalah flare, dan dalam hal ini, sun-flare. Kamu pasti sudah cukup sering melihat foto-foto menakjubkan yang dihiasi pilar-pilar cahaya yang menjadikan foto tersebut hangat dan mempesona. Mari kita bahas sedikit soal hal ini.

Apa itu Sun Flare?
Hal pertama yang harus kamu ketahui adalah apa itu sun-flare. Sun-flare pada hakekatnya cukup serupa dengan lens flare, yang tercipta karena adanya sumber cahaya yang terang yang masuk ke lensa sehingga menciptakan ragam bentuk dan efek pada foto yang diambil. Secara tehknis, sun-flare dan lens-flare tidak sama. Tapi untuk kali ini kita akan mengambil karakteristik dan keunikan serupa yang diusung kedua efek tersebut. Maksudnya, kita akan membahas efek pada foto yang hadir karena adanya Matahari yang berkilau terang sebagai sumber cahaya yang hadir dalam frame.
Sebagai catatan penting. Umumnya seorang fotografer akan mencoba menghasilkan efek ini saat dirasa flare yang tercipta akan membantuk merealisasikan konsep foto yang ia harapkan. Dalam situasi yang berbeda, untuk mencegah terjadinya flare, fotografer akan menggunakan lens-hood pada lensa kamera. Keberadaan flare pada foto umumnya tidak diinginkan oleh fotografer saat hendak memotret foto yang “bersih” dan bertujuan mengabadikan detail suatu pemandangan atau arsitektur megah.
Menciptakan Sun Flare
1) Jangan mencoba untuk memotret sebuah foto dengan efek sun-flare pada hari yang mendung atau berawan
Keberadaan Matahari yang bersinar terang adalah syarat yang pertama dan utama saat hendak memotret foto dengan efek sun-flare.
2) Posisi Low-Angle Matahari adalah opsi terbaik
Walau kamu bisa menciptakan foto dengan efek sun-flare kapanpun di siang hari, lebih mudah dan dramatis untuk memotret saat Matahari berada di garis cakrawala. Dengan kata lain, Golden-Hour untuk menciptakan efek sun-flare maksimal ada pada waktu sunrise atau sunset.

3) Tanggalkan Lens Hood-mu
Jika lensamu menggunakan lens-hood, segera tanggalkan. Fungsi utama dari lens-hood adalah mengurangi intensitas glare dan flare dari ragam sumber cahaya di luar frame yang mana akan mencegah terciptanya efek sun-flare pada foto yang hendak kamu ambil.
Untuk meningkatkan kemungkinan memotret dengan efek flare yang baik, coba gunakan lensa zoom. Tambahan ruang dan ragam peralatan mekanis dalam lensa zoom memberikan lebih banyak ruang bagi cahaya matahari untuk memantul saat masuk dalam lensa.
4) Memotretlah menggunakan Mode Manual
Memotret menggunakan Mode Manual akan memberikan kamu lebih banyak kontrol terhadap ragam faktor penting seperti orientasi, komposisi dan aperture yang mana berdampak besar terhadap hasil akhir foto.
Memotret menggunakan Live View pun akan banyak membantu karena kamu bisa memonitor segala perubahan secara real-time.
5) Settings: Aperture dan lain-lain
Kamu bisa bebas menentukan aperture saat motret untuk menciptakan efek sun-flare. Akan tetapi, penampakannya akan berbeda tergantung setting kameramu. Pada aperture yang lebih kecil (f/11 dan lebih kecil lagi), cahaya yang masuk ke lensa akan berdampak pada terciptanya efek starburst. Di lain pihak, aperture yang besar (f/8 dan lebih besar lagi) akan memecah cahaya dan berdampak pada diffused effect yang menjadikan distribusi cahaya terkesan lebih halus.
Sebagai catatan, pilihan shutter-speed juga berpengaruh pada hasil akhir foto, dimana lebih banyak arus cahaya yang masuk saat menggunakan shutter-speed rendah sehingga efek flare yang tercipta tentu akan lebih intense.







6) Focus ke subyek terlebih dahulu
Volume cahaya yang masuk ke sensor akan mempengaruhi auto-focus kamera. Oleh karenanya baiknya kamu fokus ke subyek foto terlebih dahulu dengan menghalangi cahaya matahari, entah menggunakan tangan atau reflektor atau selembar karton. Setelah kamera sudah fokus ke subyek kamu bisa mencoba memotret dengan normal.
7) Jangan lupa untuk menerangi subyekmu
Jika kamu tengah mengambil foto portrait, jangan sampai lupa akan efek negatif yang dihasilkan flare terhadap pencahayaan terhadap wajah dan tubuh. Jika dalam proses pemotretan bagian wajah atau tubuh tenggelam dalam level high light yang tinggi, gunakan sebuah reflektor atau ragam metode fill light lain untuk mengkompensasi dan memastikan subyekmu diterangi dengan baik.
8) Motret In-Frame
Ada dua tehnik motret sun-flare. Metode In-Frame bertujuan menghadirkan sumber cahaya (dalam hal ini Matahari) dalam frame foto. Letakkan Matahari dalam frame fotomu, tapi hadirkan obyek lain untuk sedikit memblokirnya. Dengan demikian kamu bisa menciptakan efek sun-flare tanpa terjadinya banjir cahaya pada fotomu. Pephonan, monumen, gedung dan bahkan subyekmu bisa menjadi “alat” yang tepat untuk sedikit memblokir arus cahaya.

9) Motret Out-of-Frame
Untuk menciptakan efek sun-flare yang lebih halus dan diffused, kamu bisa mengambil foto dengan sedikit saja memasukkan Matahari dalam frame atau bahkan tanpa adanya Matahari dalam frame. Dalam hal ini, positioning adalah aspek terpenting karena kamu harus membaca arah datangnya cahaya matahari dan memposisikan cahaya tersebut sedikit di luar atau sedikit bersinggungan dengan frame.

Selamat mencoba teman-teman!